Kamis, 27 Maret 2014

Wanita Abu - abu

Hujan pagi ini begitu menyejukan, setelah kemarau menemani tiga bulan terakhir.
Aku masih membiarkan tubuhku bermanja dengan tempat tidurku, hanya mataku yang terlihat bergerak.
Dalam diamku pikiranku kian melayang jauh bebas, teringat ketika aku masih berumur sembilan tahun tepatnya duabelas tahun yang lalu. Aku hanya gadis polos yang menatap cermin dg pandangan kosong, saat itu aku seorang diri di rumah berteman dengan suara jam dinding yang terdengar begitu jelas di telingaku.
Ruangan yang luas tak banyak benda di dalamnya jauh dari kata indah dan rapi, maklum di rumahku tidak ada sesosok ibu yg ada hanya pria berjenggot dan berkumis, hidung mancung dan berbadan kurus dialah ayahku.
Dua tahun setelah perceraian ibu dan ayahku, aku dan kakak perempuanku dirawat oleh ayahku rasanya seperti anak yang hilang kendali, tapi ayah selalu meyakinkan kami kalau dia bisa mengerjakan apa yang ibu kami biasa lakukan,
" Ayah bisa melakukan apapun yang biasa ibu lakukan, ayah bisa masak, ayah bisa cuci piring, ayah bisa menyanyikan lagu sebelum kalian tidur, kalian percaya kan sama ayah ?" terdengar suara ayah menahan tangis



" Iya ayah kita percaya ayah bisa, kita janji kita ga akan ngerepotin ayah " kak Noni menjawab sambil memeluk ayah kami pun berpelukan.

Malam itu terasa menyedihkan saat tangis isak terasa menyesakkan dada, bahkan sakitnya masih terasa hingga sekarang.

* * * 

Hari minggu memang waktu yang tepat untuk memanjakan tubuhku, dimulai dari lulur, creambath, dan mandi selama satu jam. Bagi wanita kantoran yang masih single cuma itu cara untuk menghabiskan weekend.

Berbeda dengan wanita yang sudah berpasangan dan menikah, pasti weekend adalah waktu yang tepat untuk berpergian.
Entahlah aku hanya wanita biasa yang tak berpengalaman soal percintaan, aku hanya takut memulai hubungan serius dengan pria.
Rasanya takut mencintai jika ujungnya akan membuat rasa sakit yang teramat dalam, lebih baik membebaskan diri dengan tidak berkomitmen.
Siang ini rasanya aku ingin pergi ke bookstore tepatnya di daerah Serpong, ada novel yang ingin aku beli setelah kemarin aku baca sinopsisnya di Internet.
Aku pergi sendiri dengan naik shuttle khusus yang difasilitasi oleh Perumahan tempatku tinggal.
dengan cepat aku masuk ke bookstore dan menuju barisan buku fiksi.
Dilorong barisan nampak ramai pembaca yang berdiri depan rak buku membaca sample yang memang disediakan, mataku tertuju pada novel yang sedang aku cari dengan sigap aku ambil salah satu namun tiba - tiba dari lawan arah ada gadis remaja yang juga akan mengambil novel yang aku ambil.
tangan kita terlihat seperti berebut,
" Ehhh maaf silahkan ambil novelnya, masih banyak kok.." Ucapku dengan senyum yang terlihat kaku
" mmmm makasih mba.. " gadis itu membalas senyumku
mukanya tampak masih belia terlihat dia masih menginjak SMA, tiba - tiba dia mengajak ngobrol denganku.
" Mba suka sama novel ini ? kayanya jarang ada yang baca novel ini kalo diperhatikan sinopsisnya juga ga terlalu menarik.." tatapannya tiba - tiba berubah menjadi tatapan penasaran.
" Kalo kamu ga tertarik sama sinopsisnya terus kenapa kamu beli novel ini juga ? " tanyaku yang sempat membuat dia terkejut.
" yaaa aku cuma penasaran isi dari novelnya, apakah sama dengan sinopsisnya atau ga.." ringan sekali dia menjawabnya.
" naahh itu kamu tau alasanku kenapa aku mau beli novel ini.." ucapku.
" aaahh si mba ga kreatif ngikut jawabanku.." bibirnya nampak maju dari sebelumnya dan aku hanya bisa tertawa, suasanya nampak beda dari sebelumnya sekarang kita justru telihat akrab.
" Mba suka Kopi ? " tanyanya membuatku berhenti tertawa.
" Suka suka banget hehe " jawabku cepat
" Waaaahhh kita samaan lagi, sama - sama suka kopi gimana kalo kita ngopi dulu sebentar mba sendiri kan ? " tayanya lagi dengan antusias
" Iya aku sendirian, kamu sendiri juga atau .." 
" Aku sama kakakku tapi dia lagi beli kebutuhan kantor sebentar ntar aku suruh dia nyusulin kita aja " belum selesai aku bicara dia sudah menjawab saja.
Setelah membayar novel kita langsung menuju J.Co, tak terlalu ramai setelah memesan kita mencari meja yang tampak masih kosong diujung cafe terlihat meja yang kosong dengan dinding kaca yang mengarah ke tepi jalan, tempat yang cocok untuk ngobrol.
Kopi dan donnat yang kita pesan datang, aroma kopi masuk ke hidung dan refleks mata tertutup seperti ikut menikmati kopi itu.
" Ehhh iya siapa namamu ? " aku baru sadar kita belum berkenalan.
" Ehh iya namaku sinta mba, mba siapa ? dia mengulurkan tangan
" Deka.." sambil kubalas uluran tangannya.
Sambil menikmati kopi dan donnat ditambah musik yang diputar di cafe kita mengobrol hingga lupa Waktu.
Handphone milik sinta berbunyi nampak ada yang menelephone,
" Hallo.. Iya ka, Sinta masih di J.Co kakak kesini aja yaa.. " Sinta menjawab telphonenya 
" Sorry mba barusan kakakku yang nelphone, sebentar lagi dia kesini gapapa kan ? " 
" Oooh iya gapapa santai aja, hehe "
10 menit berlalu nampak ada seorang pria mendekati meja kami, tinggi berkulit kuning bersih sengan tatanan rambut yang rapi menggunakan kaos santai dan celana Jeans.
" Ini kakakku mba.." Suara Sinta mengagetkanku yang ternyata sempat diam melihat pria itu.
" Hay Deka.." kuulurkan tanganku dengan senyum yang masih kaku
" Rama.. " dia membalas senyumku yang tampak tak dibuat - buat.

Bersambung ~ 

4 komentar:

  1. Tolong dirapiin ya paragrafnya Deka, biar nyaman yang baca :) Ditunggu lanjutan kisahnya. Jangan lupa berkunjung ke tempatku : www.cerpen-case.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mas masukannya,nanti setelah aku rapihin rambut insyaALLOH aku rapihin paragrafnya heheee

      Hapus
  2. deka, mana lanjutannya? haha itu background ganggu mata tauk. ganti napa :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. maap mba udah ganggu, skrg masih ganggu nggak?

      Hapus