Kamis, 27 Maret 2014

Wanita Abu - abu

Hujan pagi ini begitu menyejukan, setelah kemarau menemani tiga bulan terakhir.
Aku masih membiarkan tubuhku bermanja dengan tempat tidurku, hanya mataku yang terlihat bergerak.
Dalam diamku pikiranku kian melayang jauh bebas, teringat ketika aku masih berumur sembilan tahun tepatnya duabelas tahun yang lalu. Aku hanya gadis polos yang menatap cermin dg pandangan kosong, saat itu aku seorang diri di rumah berteman dengan suara jam dinding yang terdengar begitu jelas di telingaku.
Ruangan yang luas tak banyak benda di dalamnya jauh dari kata indah dan rapi, maklum di rumahku tidak ada sesosok ibu yg ada hanya pria berjenggot dan berkumis, hidung mancung dan berbadan kurus dialah ayahku.
Dua tahun setelah perceraian ibu dan ayahku, aku dan kakak perempuanku dirawat oleh ayahku rasanya seperti anak yang hilang kendali, tapi ayah selalu meyakinkan kami kalau dia bisa mengerjakan apa yang ibu kami biasa lakukan,
" Ayah bisa melakukan apapun yang biasa ibu lakukan, ayah bisa masak, ayah bisa cuci piring, ayah bisa menyanyikan lagu sebelum kalian tidur, kalian percaya kan sama ayah ?" terdengar suara ayah menahan tangis